80 coret

80 coret
"Kampus" 80 coret

Sabtu, 27 Maret 2010

Berdamai dengan Takdir

Berdamai Dengan Takdir
(Rasib feat. Mustajid)

Entah perumpamaan apa yang pantas digunakan untuk mengumpamakan satu masalah ini. Masalah Mustajid, kurang lebih seperti itu singkatnya disebut. Masalah yang semakin menjadi penghias dinamika Masisir. Sebuah dilema. Begitu sulit untuk diungkapkan.

Semua itu berawal dari keterlambatan kedatangan mahasiswa angkatan 2008(yang akhirnya datang pada tahun 2009). Dikarenakan proses pengeluaran visa yang begitu lambat. Ujian term 1 tahun ajaran 2008-2009 pun terlewatkan. Sistem Al-Azhar yang tidak bisa mentolerir mahasiswa yang tidak mengikuti ujian pun menjadi kendala besar. Padahal, hampir seluruh mahasiswa non-beasiswa angkatan 2008 tidak mengikuti ujian term 1. Dan status Mustajid menjadi harapan besar, hingga dijadikan nama marhalah PPMI angkatan 2008, Marhalah Mustajid.

Singkat kata, setelah sekian lama menunggu hasil usaha pihak-pihak terkait. Bulan ramadhan yang lalu, Marhalah Mustajid berinisiatif untuk mengadakan dialog dengan PPMI, Ust. Wahyudin Abdullah (Ketua KPP Maba - sebagai negosiator dengan pihak Al-Azhar) dan KBRI Mesir. Dalam acara itu dijelaskan mengenai syarat untuk mustajid salah satunya adalah tidak mengikuti ujian sama sekali. Kontan, harapan bagi teman-teman yang sudah mengikuti ujian term 2 pun semakin tipis. Karena kejelasan berita akan pengajuan status menjadi mustajid itu didapat pada saat ujian term 2 hanya tinggal beberapa maddah(1 maddah untuk syari’ah islamiyah, dan 4 maddah untuk ushuludin). Meski sampai saat itu masih akan dilanjutkan negosiasi lebih lanjut agar semua mahasiswa 2008 yang tidak mengikuti ujian term 1 bisa mendapat status mustajid. Dan harapan semakin terbuka bagi mereka yang tidak mengikuti ujian term 2, baik karena belum tiba di Mesir, ataupun karena belum siap.

Dan setelah sekian lama kembali menunggu. Keputusan final itupun tak kunjung tiba. Banyak pihak, khususnya Marhalah Mustajid, mendesak PPMI agar bergerak semakin cepat untuk memperjelas status ini. Karena diketahui dari Ketua KPP Maba sebagai negosiator, bahwasanya keputusan dari Al-Azhar turun pada sekitar akhir bulan Oktober. Dan masih sebatas rumor bahwa yang bisa mustajid hanyalah yang tidak mengikuti ujian term 2.

Sekilas tampak sudah titik ujung permasalahan ini. Tapi apa boleh kata, kebijakan Al-Azhar yang tidak dapat dikira. Bagi yang mendapat status mustajid belum bisa bernafas dengan lega. Kebijakan baru dari Al-Azhar seolah menjadi satu lagi rintangan yang harus dilalui. Ujian “Ikhtibar Qabul Limaharatil Lughah Al-Arabiyah”, kebijakan baru Universitas Al-Azhar bagi Maba Univ. Azl-Azhar pada tahun 2009. Dan otomatis, bagi yang berhasil di-mustajid-kan juga harus mengikuti ujian ini. Padahal sudah menjadi rahasia umum di kalangan Masisir, bahwa yang dinamakan ujian, terlebih di Al-Azhar, banyak hal yang tak terduga bisa terjadi. Resiko berat jika sampai tidak lulus dalam ujian ini. Ujian ini mempertaruhkan status kemahasiswaan selama satu tahun ke depan.

Mengetahui kabar ujian tersebut, sempat ada beberapa teman berceletuk “mending rosib daripada mustajid tapi ujian lagi, ya kalau lulus, kalau tidak, kan malah tahun depan baru bisa jadi mahasiswa”. Inilah dilema yang dihadapi. Status mustajid yang menjadi harapan besar itupun kini dipertaruhkan dalam ujian itu. Status Rosib, meski sudah aman karena sudah terdaftar menjadi mahasiswa, tetapi resiko pernah rosib pasti juga tidak lah mudah, secara mental maupun secara akademik, terlebih status rosib itu secara “tidak sengaja”. Dan kedua status ini memiliki sama-sama memiliki resiko.

Hasil ujian yang dilaksanakan pada tanggal 26-29 Oktober yang lalu itupun telah keluar. Ada 3 status yang didapat dari ujian tersebut, 100% Najah, bisa langsung muqayyad menjadi mahasiswa Al-Azhar. Najah, bisa mengikuti muhadloroh kuliah, tapi masih harus mengikuti les bahasa arab di dirosah khossoh. dan Tidak Najah, yang tidak bisa mengikuti muhadloroh dan tidak bisa muqayyad pada tahun ini, artinya hanya bisa menempuh pendidikan di dirosah khossoh. Angin segar nan sejuk bagi yang telah 100% najah, dan malang bagi yang masih kurang beruntung dalam ujian ini. Karena tidak akan bisa mendapat status mahasiswa pada tahun ini. Terlebih bagi yang berharap bisa segera berstatus “mahasiswa di tahun ini, tetapi kurang beruntung. Sungguh sebuah kenyataan yang mungkin sulit untuk diterima jika benar itu terjadi.

Dan hasil keputusan final dari pihak Al-Azhar pun diumumkan secara resmi oleh PPMI. Dan seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, bagi yang tidak mengikuti ujian term 2 berstatus rosib. Pengumuman resmi ini baru dikeluarkan pada 19 November yang lalu. Padahal menurut Ust. Wahyudin, sebenarnya keputusan final dari pihak Al-Azhar turun bersamaaan dengan turunnya pengumuman tentang ujian Ikhtibar Qabul Limaharatil Lughah Al-Arabiyah”(sekitar akhir bulan Oktober). Dan kini, harapan ternyata memang hanya sebuah harapan. Status mustajid tidak bisa didapat bagi yang telah mengikuti ujian term 2.

Hanya sekilas singkat tentang kisah Mustajid, yang pastinya ratusan lembar akan habis untuk menorehkan lengkap kisah Mustajid ini. Bukan sebagai wujud penyesalan, hanya harap untuk dikenang nan pembelajaran. Saling menyalahkan tidak lah bijak, tapi alangkah bijaknya jika tahu kesalahan masing-masing. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak-pihak yang terkait, hingga kisah mustajid ini menjadi pertama dan terakhir adanya. Depag RI, KBRI, PPMI, kiranya cukup ini menjadi pembelajaran, dan kami disini(sebagai “korban” birokrasi), juga turut belajar, berdamai dengan takdir.

Landy T. Abdurrahman

Rakyat Jelata dari Pinggiran Sudut Segitiga, yang kebetulan berstatus Rosib.

Kamis, 25 Maret 2010

Kampus 80 Coret

Sudah menjadi rahasia umum tentang keberadaan bagaimana pentingnya sebuah bus 80 coret bagi Masisir (Masyarakat Indonesia di Mesir) yang mayoritas masih menempuh jenjang S1 di Universitas Al-Azhar. Bus 80 Coret adalah bus favorit untuk mengantar menuju kampus tercinta yang terletak di bilangan Darrasah.

Penuh, sesak, berjubel, mungkin belum cukup untuk mengungkap kesan-kesan dalam perjuangan di dalam bus 80 coret, hanya demi; menuju kampus.

Perjalanan yang memakan waktu hampir lebih dari 1 jam, membuat banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari peran bus ini. Senang, jengkel, kecewa bahkan mungkin hingga marah bisa tersebabkan oleh bus favorit ini.

Tapi mungkin bagiku, bus ini lebih dari sekedar bus. Sebuah "kampus", begitulah aku menyebutnya, dimana kita bisa belajar pelbagai hal yang tidak terpelajari di bangku-bangku usang dan lantai eksotik masjid universitas Al-Azhar. Lebih dari sekedar itu, 80 coret sering menjadi tempat berpikir, sumber inspirasi dan tempat menyusun strategi dalam dinamika Masisir. Bermula dari ini, kampus 80 coret, hanya sekedar kumpulan tulisan, curhatan, atau boleh disebut sampah intuisi dan hati dalam liku kampus kehidupan di negeri Kinanah.

Maaf jika masih banyak ditemui kata-kata yang licin dan berduri.


Salam Hangat.

-Pujangga Liar-

Pemungut Inspirasi Kala Malam dari Sudut Segitiga